Rabu, 12 Desember 2007

Renungan

Keadaan Wanita yang Bermaksiat

Pembaca yang baik, di dunia maya ini sering kita terkecoh dan terjebak. Terjebak di situs-situs kotor tak bertanggung jawab. Suatu kali, bersama seorang teman, kubuka web berlabel 'dunia Islam'. Sial! Yang muncul adalah gambar-gambar wanita telanjang. Duh! sungguh mengerikan dan menyesakkan dada. Belakangan, kubaca info, situs tersebut malah memproduksi lagi cerita-cerita bergambar yang melecehkan junjungan kita Rasulullah SAW. Andai aku bisa, saat ini juga situs tersebut akan aku hancurkan. TApi dasar aku memang gaptek! Tapi tentu saja aku melaknat dan mengutuk keras perbuatan generasi Rushdie tersebut.

Saat ini aku ingin menulis keadaan wanita yang bermaksiat sebagai bahan renungan kita agar tidak ikut terseret arus zaman maksiat sekarang ini. Mungkin sebagian besar pembaca sudah pernah membacanya karena tulisan ini saya kutip dari buku WANITA-WANITA PILIHAN karya Abbas Azizi terbitan Qorina. Selamat membaca!

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, "Pada suatu hari, saya bersama Fathimah mengunjungi kediaman Rasulullah saw. Sesampainya di sana kami jumpai beliau dalam keadaan menangis tersedu-sedu. Kmi lalu menanyakan sebab beliau menangis. Beliau berkata:

"Pada malam mikraj, aku melihat sekelompok wanita dari umatku berada dalam azab yang sangat pedih. Saking mengerikannya keadaan mereka saat menerima azab, sampai-sampai di tempat itu pula aku menangis tersedu-sedu. Aku melihat seorang wanita bergelantungan dengan rambutnya sementara otaknya mendidih. Aku juga melihat wanita lain sedang bergelantungan dengan lidahnya dan ke dalam mulutnya disiramkan air neraka yang mendidih. Wanita lain lagi sedang memakan daging tubuhnya sendiri sementara di bawahnya api menyala.
Wanita lain tangan & kakinya terlipat dan dibelit ular dan kalajengking-kalajengking. wanita lain bisu dan tuli diletakkan di antara peti yang terbuat dari api sementara otak kepalanya keluar dari hidungnya dan badannya terkoyak-koyak akibat lepra dan belang-belang. Wanita lain memotong-motong tubuhnya dari depan dan belakang dengan gunting api. Wanita lain wajah dan tangannya terbakar dan memakan usus dan isi perutnya sendiri. Wanita lain berkepala babi dan bertubuh keledai serta disiksa dengan beribu-ribu siksaan. Wanita lain berkepala anjing sementara api selalu masuk ke punggungnya dan keluar melalui mulutnya dan para malaikat menghancurkan kepalanya dengan besi!

Fathimah bertanya, "Ayah! Apa sebenarnya yang telah mereka lakukan sehingga harus menerima azab seperti itu?"

RAsulullah SAW berkata,

"Putriku! Adapun wanita yang bergelantungan dengan rambutnya itu adalah wanita yang tidak menutup rambutnya dari pandangan orang yg bukan muhrimnya.

Wanita yg bergelantungan dengan lidahnya adalah wanita yag mengganyang suaminya.

Wanita yg bergelantungan pada susunya adalah wanita yg tak mau tidur bersama suaminya.

Wanita yg bergelantungan kepada kakinya adalah wanita yg sering keluar rumah tanpa seizin suaminya.

Wanita yg memakan daging tubuhnya sendiri adalah wanita yg berhias untuk orang lain bukan untuk suaminya.

Wanita yg tangan & kakinya terikat sementara ular dan kalajengking membelitnya adalah wanita yang busana dan tubuhnya terkena najis & tidak pernah mandi setelah junub dan haid dan tak pernah menjaga kebersihan dan kesucian serta tak pernah memperhatikan shalat.

Wanita yg tuli dan bisu adalah wanita yg melahirkan anak dari hasil perzinaan sementara anaknya dibebankan kepada suaminya.

Wanita yg memotong daging tubuhnya dengan gunting adalah wanita yg menyodorkan dirinya kepada orang lain.

Wanita yg tubuh & wajahnya terbakar serta memakan usus dan isi perutnya adalah wanita yang dulunya berprofesi sebagai mucikari.

Wanita yg berkepala babi dan berbadan keledai adalah wanita yang suka menguping dan berbohong.

Dan wanita yg berwajah anjing dan api masuk dari belakangnya dan keluar dari mulutnya adalah wanita yg dulunya berprofesi sebagai biduanita, melantunkan lagu-lagu kesedihan dan hasud.

Kemudian Beliau berkata,

"Celakalah wanita yang membuat murka suaminya, dan bahagialah wanita yang membuat suaminya rela."

whatever

Innalillaahi wa inna ilaihi raji'uun

Basuki, pelawak Indonesia itu meninggal mendadak karena serangan jantung.

Meninggal mendadak!
Dalam dua bulan terakhir ini, aku mendengar dan melihat beberapa orang mati mendadak secara berturut-turut.

Yang pertama adalah tetanggaku sendiri. Seorang wanita berusia 42 tahun , muda dan cantik. Belum punya anak. Orangnya sangat baik, suka menyapa dan ramah. Ceritanya, sepulang dari acara silaturahmi dengan keluarganya, dia duduk di ruang tamu istirahat bersama sang suami tercinta. Lalu dengan baik hati suaminya menawarkan kepadanya untuk membuatkannya segelas teh panas. Dengan senang hati, sang istri menerima kebaikan suaminya itu. Saat suami datang dengan segelas teh, sang istri nampak terpejam. Dia mmbangunkannya karena karena dikira tidur. Namun, betapa terkejutnya si suami karena mendapati istrinya telah meninggal.

Lalu esoknya, datang seseorang ke rumahku membawa kabar duka. Seorang wanita, 29 tahun, tengah hamil muda meninggal dunia. Dia tinggal di gang sebelah rumahku. Menurut cerita para tetangga dekatnya, wanita itu juga tidak sakit. Dia hanya lelah, lalu ... meninggal.

Kira-kira seminggu kemudian, saat sekolah sudah mulai masuk, kepala sekolah tempatku mengajar memberitahuku bahwa teman kami, seorang ikhwan yang sangat baik, meninggal dunia. Deg! sungguh, aku sangat terkejut. karena ikhwan ini juga mati mendadak. Sebabnya hanya karena dia terjatuh saat menyiram bunga di latar rumhnya. Ikhwan ini sangat baik. Ya Allah... aku lemas mendengarnya... Waktu meninggalnya tidak lama setelah Taufik Savalas mati kecelakaan.

Seminggu berlalu, aku pergi ke rumah teman untuk bezuk anaknya yang baru berusia kurang lebih 3 tahun diopname karena usus besarnya bengkak dan harus dioperasi. Sehari sebelum membezuknya, datang lagi kabar bahwa lagi-lagi ibu dari seorang teman yang biasa dipanggil Kak N, meninggal dunia. Lagi-lagi mendadak. Disebut mendadak karena memang dia tidak menderita sakit sebelumnya. Dan orang ini, sangat baik. kebaikannya terkenal dimana-mana.
Saat aku membezuk anak temanku, kami pun banyak membicarakan kebaikan-kebaikan almarhumah dan kenangan-kenangan yang pernah terjadi semasa hidupnya.

Belum sampai 1 bulan, yaitu tanggal 1 Desmber yang lalu, malam hari jam 10, telepon rumah berdering. "Mbak Nilam, Ami Ali (Ali Al Kaff), meninggal."
"Hah! Innalillahi wa inna ilaihi raji'uun." Jeritku setengah tak percaya. Pasalnya aku sering melihat beliau di sekolah, di Jausan, dan beberapa tempat lainnya dengan tubuh yang sehat dan wajah yang segar bugar. Bahkan menurut cerita, malam hari sebelum meninggal, beliau tengah berkumpul bersama orang-orang mendiskusikan sesuatu hal. Seorang teman dekat bercerita bahwa Ami Ali, panggilan akrabnya, mengeluh dadanya sakit. Sepulang dari situ, beliau ke rumah sakit dan saat diperiksa, ya Allah, dia meninggal.

Ya Allah, apakah memang orang-orang baik itu Kau panggil karena kebaikan-kebaikan mereka.
Ya Allah .....

cerpenku di saat sepi

TERGODA KOTAK SETAN

Berjam-jam Astrid hanya memandangi setumpuk amplop berisi surat lamaran kerja. Sudah puluhan bahkan mungkin ratusan lamaran yang telah dikirimkannya ke berbagai perusahaan dan instansi demi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ijazah diploma 3-nya. Tapi tak satupun dari lamarannya tersebut mendapatkan jawaban yang menyenangkan. Kalaupun ada, itu pun sebagai sales yang harus rela berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Padahal Astrid yang tidak menyukai kerjaan semacam itu tidak pernah melamar sebagai sales. Ternyata terlalu banyak iklan yang berbohong. Menawarkan pekerjaan sebagai sekretaris, manager, atau pegawai administrasi lainnya, tapi untuk mencapai posisi tersebut harus mau menjadi sales dulu. Udah gitu, masih dimintai uang lagi. Alasannya sebagai biaya pengganti administrasi atau apalah namanya. Otomatis pekerjaan itu pun balik ditolaknya mentah-mentah. Orang mencari kerja supaya dapat uang, eh, kok malah dimintai uang. “Dasar!” Gerutunya.
Dan kini, masih tersisa setumpuk lagi. Tapi rasanya Astrid sudah ogah untuk meneruskan perjuangannya. Maka hanya dipandanginya setumpuk lamaran yang tersisa itu. Dan tak lama kemudian, dikemasnya dalam kardus kecil. Selanjutnya Astrid yang nyaris putus asa pun just say good bye to her beloved applicant dengan perasaan jengkel dan kesal.
Waktu terus berjalan. Tak terasa sudah lima bulan lebih Astrid menjadi pengangguran produktif kelas berat. “ Duuuuhhh! Bosan banget siiih.” Keluhnya. Hampir tiap hari, waktunya selalu habis dengan rutinitas yang klasik atau hal klasik yang rutin. Mungkin satu-satunya yang bisa menghibur rasa bosan dan sepinya hanya satu. Nonton gosip alias infotainment. Dan belakangan, dia jadi sangat keranjingan dengan acara yang satu itu. Tak pelak, sang ibu pun sering uring-uringan melihat tingkahnya. Tapi dasar Astrid. Uring-uringan sang ibu hanya sekedar masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri.
“YA Allah, baru jam setengah tujuh pagi sudah nonton gosip. Bantu ibu di belakang dulu dong, Nak.”
“Iya bu, sebentar. Tinggal beberapa menit lagi. Beritanya seru nih.” Jawab Astrid dengan tatap mata yang tak mau pindah dari layar televisi.
Ibunya hanya menggelengkan kepala dan pergi meninggalkan dirinya untuk meneruskan pekerjaan rumah. Tiga puluh menit pun berlalu. Tapi Astrid tak beranjak pergi dari depan layar televisi malah tangannya gatal ingin memindahkan tombol TV ke chanel lain. Wouw! Berita pertengkaran rumah tangga si Maia dengan Dhani makin seru aja. Astrid pun semakin pasang mata dan telinga.
“Astriiiiid!!!” Teriak ibunya dari dapur
“Iya Bu!” Balas Astrid tak kalah kerasnya
“Beliin minyak dong, Sayang. Minyaknya habis tuh, ibu mau masak.”
“Iya, Bu, Tunggu sebentar ya. Ntar kalau iklan Astrid beliin.”
Maka saat iklan diputar, Astrid berlari kencang membeli minyak goreng di warung yang tak jauh dari rumah. “Duh! Antri lagi!” Astrid mulai tak sabar, karena pembelinya begitu banyak dan terpaksa harus ngantri.
“Mbak, bisa duluan nggak. Cuma beli minyak aja 1 botol. Please deh Mbak. Buru-buru nih.”
Beruntung si Mbak itu berbaik hati melihat wajah Astrid yang cemas seolah diburu sang waktu. Dalam pikiran si Mbak itu, Astrid pasti mempunyai urusan yang sangat penting, jadi tidak apa-apa kalau dia didahulukan. Lagi pula, pembeli yang lain nampaknya juga rela. Lalu begitu minyak ada dalam genggamannya, Astrid buru-buru mengambil langkah seribu untuk kembali pulang. Hasratnya terpacu ingin mengetahui perkembangan terakhir berita perceraian para selebritis. Hembusan nafas lega menghempas saat kakinya sudah menginjak lantai di depan televisi. “Hhhhh! Untung masih iklan. Jadi bisa mengikuti berita pertengkaran Maia dan Dhani.”
“Astriiid!! Mana minyaknya?”
“Iya, Bu. Ini ada.”
Dengan langkah kesal, ibu mengambil minyak dari tangan Astrid yang sudah lengket di atas kursi dengan mata yang konsentrasi pada berita gosip. Tak terasa, kembali tiga puluh menit berlalu tanpa arti. Bukannya beranjak membantu sang ibu, tapi lagi-lagi tangan Astrid gatal untuk memindahkan chanel. Lalu terdengarlah suara centil nan merdu seorang presenter gosip yang berapi-api memberitakan gaya hidup para selebritis tanah air. Astrid pun semakin tenggelam dalam lautan gaya hidup yang menghias layar kaya.
Matahari semakin merangkak naik. Sesekali terdengar teriakan sang ibu yang mengingatkan Astrid untuk beres-beres rumah, membersihkan kamar, dan seabrek kegiatan lain. Semua pekerjaan memang dijalankan tapi sambil nyambi sehingga selesainya pun sangat lambat. Ketika melipat selimut, harus di depan TV. Saat menyapu lantai, telinga konsen pada cuap-cuap si presenter. Saat menggerus bumbu masak, dibawanya blender dekat TV. Saat mengelap meja, kepala tak pernah absen menoleh ke televisi. Pokoknya, kegiatan apapun tidak pernah lepas dan tidak boleh ketinggalan dari televisi kecuali mandi dan sholat. Tapi, ketika sholat pun, kadang-kadang sambil ndengerin TV. Busyet dah. Kotak setan berwujud televisi itu telah benar-benar menjadi belahan jiwanya.
Pernah, suatu hari, saking jengkelnya dengan perilaku Astrid, ibu mematikan kotak setan itu ketika Astrid sedang sholat. Maka, gerakan sholatnya begitu cepat secepat kilat. Mata sang ibu pun membelalak menyaksikannya.
“Kamu ini! Sholat atau olah raga! Kok cepat banget!’
“Ah, ibu. Emang udah waktunya selesai kok.”
“Ya ampun Astrid… Bagaimana do’amu bisa terkabul kalau sholatmu seperti itu, Sayang ...”
“Ibu sih, pakai matiin TV segala.”
“Astagfirullahal adziim, Astrid! Kamu itu sedang menghadap Allah, bukan televisi.”
“Ibu… nyindir melulu sih.”
“Bukan nyindir, Sayang. Tapi beneran.”
“Iya deh, iya. Astrid ngerti. Ngerti!”
Dengan wajah yang bersungut, ditinggalkannya sang ibu yang masih keheranan dengan perilakunya. Dihempaskannya tubuhnya di atas singgahsana kesayangannya. Kedongkolan di hatinya segera sirna begitu layar kotak setan menyala. Hati dan jiwanya pun segera menyatu dengan para pecinta gosip selebriti. Sang ibu seolah kehabisan kata untuk menasehatinya dan hanya mampu mengelus dada sambil hatinya terus berdoa untuk putri tercintanya.
“Astrid, apa kamu nggak bosan setiap hari melihat dan mendengarkan gosip yang isinya pertengkaran, kawin cerai, hura-hura, perselingkuhan, pacaran, …..”
“Sssst. Dengerin ini dulu dong, Bu.” Potong Astrid.
“Dasar, anak bandel. Daripada kamu melihat acara yang nggak bertanggung jawab semacam itu, kan lebih baik nulis surat lamaran, baca buku atau kegiatan yang bermanfaat lainnya. Apa sih pengaruhnya infotainment. Memberi keuntungan apa para selebritis itu pada hidup kamu. Coba kamu baca buku. Lebih banyak manfaatnya, banyak untungnya, ilmu juga nambah, wawasan jadi luas…..”
“Addduhh, Ibu! Iya… iya… Astrid lagi lihat berita nih. Kalau ibu ngomong terus, jadi gak bisa denger dong…”
“HHH! Dasar!”
Astrid hanya melengos saat telapak tangan ibunya menjitak geregetan kepalanya.
Dari waktu ke waktu, hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan bulan ke bulan, jaring-jaring televisi semakin merenggut dendrit-dendrit otaknya. Serasa hati semakin tak terpisahkan hingga jiwanya merasa jenuh dan tanpa disadarinya kelelahan melemahkan fisiknya. Beruntung, ada kesadaran yang muncul dalam hatinya hingga tak terasa matanya mengalirkan buliran-buliran bening yang membasahi pipinya.
“YA Tuhan, mengapa aku jadi manusia bodoh seperti ini.” Sesalnya sambil terisak pelan. Disembunyikannya wajahnya saat ibu melewatinya. Matanya pun lelah karena tangis.
Pada saat kesedihan melanda, tiba-tiba datanglah beberapa orang tamu dengan membawa mobil mewah. Samar-samar didengarnya ibunya tengah berbincang dengan mereka. Dari balik dinding, Astrid menangkap wajah sang ibu yang berbinar bahagia. Astrid mengernyitkan dahinya. “Memangnya ada berita apa, sampai ibu terlihat gembira seperti itu?”
Astrid tersentak saat ibunya berteriak-teriak senang memanggilnya.
“Ada apa sih, Bu?”
“Astrid, coba lihat! Siapa ini yang datang.”
“Hah?!” Astrid terkejut. Matanya terbelalak tak percaya. Saking tak percayanya, dikucek-kuceknya kedua mata indahnya. Bahkan nafasnya pun seolah terhenti melihat sosok yang ada di hadapannya.
“Dhani?! Ahmad Dhani! Benarkah?”
“Selamat ya Astrid. Kamu terpilih menjadi pemenang dalam audisi DEWI-DEWI.” Kata Ahmad Dhani sambil tersenyum melihat wajah Astrid yang masih tercengang tak percaya.
Astrid tak mampu berkata-kata. Jantungnya berdebar keras, darahnya berdesir lebih cepat, dan tenggorokannya tercekat saking gembiranya, terlebih yang mengucapkan selamat adalah Ahmad Dhani sendiri. Belum juga rasa terkejutnya reda, kembali dirinya dikagetkan sesuatu hingga nafasnya nyaris habis. Suasana bahagia yang sangat di luar dugaan itu rupanya harus terusik oleh kehadiran seseorang yang membawa kemarahan luar biasa. Seorang wanita berparas cantik yang tak asing lagi dalam keseharian Astrid. Maia! Wouw! Dia marah besar karena mengira Astrid sebagai istri simpanan Dhani. Tanpa pikir panjang, Maia menyerang Astrid habis-habisan. Kontan wartawan pun berhamburan meliput aksi Maia yang kelewat batas itu.
“Ampun! Ampun! Kamu salah sangka!” Teriak Astrid kesakitan sambil menangkis-nangkis pukulan Maia yang mendarat ke arahnya. “Ampun! Aduh! Aduuuuh! Aduuuuuh! Ibuuu! Tolong Astrid Bu!!!”
“Astrid! Astrid!” Ibunya kebingungan. Dipegangnya kedua pipi Astrid dan digoyang-goyangkannya. Dia sibuk menolong Astrid yang nyaris tak berdaya. Tiba-tiba Astrid berhasil melepaskan diri dari cengkraman Maia. Dia pun melonjak dari kursinya.
“Astagfirullahal adziim… Ya Allah…. Ya Allah…” Nafas Astrid tersengal-sengal. “Astrid mimpi…”
“Ini nih akibatnya kalau keseringan nonton gosip. Mimpi jadi nggak karu-karuan.” Kata ibu sambil mengelus dada karena kaget.
Dan Astrid pun kembali menghempaskan tubuhnya dengan nafas yang masih tersengal.

***

Malang, 16 Mei 2007

Minggu, 09 Desember 2007

Puncak Ibadah Tertinggi

Dikarenakan seringnya Maryam as beribadah sambil berdiri smpai kedua kakinya membengkak
dan di usia sembilan tahun telah mendahului semua ahli ibadah dalam mengerjakan puasa, sholat dan ketakwaan, maka beliau menjadi satu-satunya orang di zamannya yang paling bersabar alam menghadapi semua ujian.

Sumber : Qorina
LeLebih Utama dari Ibrahim

Allah menyebut Ibrahim dengan sebutan syukur, sementara Fathimah dengan zikir:
Mereka yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk.

Sumber: Qorina
PERHATIAN KHUSUS ALLAH TERHADAP KAUM WANITA

Allah SWT - sebagaimana tercantum dalam aturan fiqih - menerima kaum wanita enam tahun lebih cepat dari pria; mewajibkannya melaksanakan shalat, puasa, haji, dan pelbagai hukum lain yang belum bisa dikerjakan seorang pria yang saat itu justru masih sibuk bermain! Dengan diberlakukannya hukum-hukum tersebut, tidakkah itu membuktikan keutamaan seorang wanita?

Bila dianggap bukan merupakan bukti keagungan dan keunggulan wanita dibanding pria, setidaknya itu menunjukkan bahwa agama memberi perhatian khusus pada kaum wanita. Kalaupun diperhitungkan hari-hari di mana kaum wanita tidak dapat mengerjakan ibadah shalat, maka selisih enam tahun (lebih awal dari kaum lelaki dalam memasuki masa taklif keagamaan) dapat dianggap sebagai penggantinya. Namun begitu, kaum wanita harus memahami posisinya, agar tak sampai memikirkan masalah-masalah sepele; perhiasan, sandangan-pangan (seperti apakah pakaian yang dikenakkan si anu lebih bagus dari pakaian yang dikenakannya). Agama memberi pemahaman bahwa kendati kedudukan wanita tidak lebih tinggi dari lelaki, maka dirinya tetap tidak lebih kurang darinya, Lelaki akan menatap kecantikannya dari sisi lain, terutama yang terkait dengan martabatnya.

Wanita itu indah sehingga tak dapat begitu saja diabaikan. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, "Wanita adalah sekuntum bunga yang harum." Bunga ini tak boleh diabaikan dan harus tetap berada di tangan tukang kebun. Nah, tukang kebun itu adalah AALAH SWT, al Qur'an, & Ahlul Bayt. Tukang Kebun umat manusia adalah AALAH SWT.

Dan ALLAH menumbuhkan kamu dari tanah dg sebaik-baiknya.

Allah sebagai tukang kebun telah menumbuhkan kita dari tanah dan tahu betul, tanah mana yang lebih baik dari yang lain; juga tuns manakah yang harus lebih cepat ditumbuhkannya.

Al Qur'an menegaskan sebuah prinsip universal bahwa tukang kebun di dunia ini adalah Allah SWT; Dialah yang menumbuhkan tunas lelaki dan perempuan. Dalam pada itu, Dia menjaga agar tunas wanita tidak sampai ternoda dengan segera menaunginya dengan agama. inilah isyarat keagungannya. Allah memberi kekhasan lain bagi kaum wanita, sebagaimana dikemukakan Imam al Shadiq, "Seorang wanita membaca tasbih dengan ujung jarinya karena semua jari-jemari itu akan dipertanyakan. " Riwayat ini menunjukkan bahwa seluruh anggota tubuh wanita berada di bawah aturan Allah.

sumber: Wanita-wanita Pilihan karya Abbas Azizi, Penerbit Qorina